ONCE UPON A TIME IN A BEACH

 Semburat kuning keemasan milik sang surya memberikan warna di wajah seorang lelaki paruh baya yang tengah asyik duduk di bibir Pantai dengan Alam nan Indah. Pandangannya menerawang menembus luasnya lautan melalui lensa kacamata minusnya yang sudah tebal. 

Entah apa yang ada dibenaknya saat itu. Terlihat bibirnya bergerak tipis. Tak ada yang tahu apakah dia sedang bergumam ataukah mengeluh ataukah bersenandung ataukah berdzikir atau justru sedang melayangkan protes kepada Dzat Pemilik Lautan. 

Kang Rohmad. Ya... ternyata dia Kang Rohmad.

Deburan kecil menghantam sisi tumpukan batu pemecah ombak. Angin semilir membelai rambutnya yang lurus cenderung kaku namun klimis. "Ya Allaah Gusti, aku ora bisa mbayangna carane Panjenengan nggawe banyu sak mene akehe... Maha Agung Panjenengan Gusti.."

Kang Rohmad yang sedang galau memutuskan untuk piknik religi ke tepi pantai. Dia memilih tempat piknik gratisan yang tidak dijaga oleh petugas penarik retribusi. Seolah ingin menumpahkan kegalauan di lautan yang luas, dia bertafakkur. 

Innamaa amruhuu idzaa arooda syaian ayyakuula lahuu kun fayakuun.

Teringat kembali bacaan surat Yaasiin yang sering dia baca di malam Jumat. Seolah reinstall terjemahan ayat itu saat dibacakan oleh teman satu tim di jamiyyah pengajian.

Sesungguhnya urusannya-Nya apabila Dia menghendaki sesuatu hanyalah berkata kepadanya, Jadilah, Maka jadilah ia.

Sebuah pertanyaan menggelitik otaknya. Kalau Gusti Allaah menciptakan sesuatu yang dikehendaki harus mengatakan dulu "KUN" baru bisa tercipta sesuatu itu lah itu gimana? 

Tiba-tiba berkelebat sebuah perbandingan yang tidak sebanding. "Lah apa bedane karo pesulap sing ngucapna SIM SALABIM sadurunge ngatonna hasil trik sulap ?"

Tersadar Kang Rohmad dari pencarian jawabannya dan menyadari bahwa membandingkan Tuhan dengan tukang sulap adalah sesuatu yang mungkin amat sangat keliru sekali....

Ternyata aku masih harus belajar...

Itulah kesimpulan yang dapat digenggam oleh Kang Rohmad dan dia pun memutuskan untuk pulang karena tubuhnya sudah protes karena terlalu banyak dimasuki angin...

Komentar

Postingan populer dari blog ini

WAJIBKAH BERMADZHAB

KEUTAMAAN MAJELIS DZIKIR

DZIKRULLAH BIL LISAN