WADZKUR !

Cermin…

Mirror…

Pengilon…

Whatever it's name

Ingatkah kita bahwa hampir setiap hari kita akan berdiri di depan sebuah cermin? Siapa yang terlihat disana? Apa yang kita lihat disana? Apa yang kita cari disana? Selanjutnya apa yang akan dilakukan?

Ternyata yang ada adalah pantulan diri kita, yang terlihat adalah fisik kita, yang kita cari (seringkali) adalah kekurangan kita, selanjutnya yang dilakukan adalah mengurangi kekurangan kita.

Jika rambut terlihat acak-acakan maka kita akan mencari sisir dan merapikannya (atau malah sebaliknya mengacak-acak yang sudah rapi). Jika sudah terlihat kerutan di wajah maka berusaha untuk mengurangi kerutan itu. Intinya ada berbagai pilihan yang tersedia di otak kita untuk menyikapi informasi yang ditangkap dari bayangan kita di dalam cermin. Berusaha mengurangi kekurangan, ataukah hanya menutupi kekurangan itu. Tidak mustahil pula kita justru mengurangi kerapihan yang sudah tertata. Dan mungkin juga kita abaikan saja yang ada.

--------

Jika kita flashback ke masa beberapa tahun yang lalu, disetiap tanggal 28 sampai 30 Desember setiap tahun di era kepemimpinan Presiden Soeharto TVRI pasti menampilkan acara kaleidoskop. Suatu acara yang menampilkan kilas balik berbagai peristiwa penting di tahun itu mulai dari awal Januari sampai menjelang tutup tahun.

Mengapa kita perlu melihat kembali apa yang telah terjadi diwaktu lampau? Bukankah ada pepatah "yang lalu biarlah berlalu"? Bukankah kita harus "move on"?

Sang proklamator, Ir. Soekarno, dalam suatu pidatonya yang terkenal pernah mengingatkan "jangan sekali-kali melupakan sejarah". Lihatlah kembali momen-momen yang pernah kita lalui, baik kenangan yang indah maupun yang buruk, peristiwa yang menghadirkan kebahagiaan ataupun yang membawa kesedihan. 

Masa lalu memang tidak akan kembali. Masa lampau tidaklah akan terulang dengan bentuk yang 100 persen sama. Tak mungkin siswa yang sudah kelas 8 kembali ke kelas 1. Mustahil pula orang dewasa secara fisik kembali kecil menjadi bayi. Demikian pula seorang ibu dari 3 orang anak kembali menjadi seorang perawan ting-ting. Tapi proses yang dilalui siswa kelas 1 untuk sampai ke kelas 8, perjalanan hidup seorang manusia dari bayi sampai menjadi dewasa serta cerita seorang gadis mulai perawan ting-ting sampai menjadi ibu dari 3 anak, bisa menjadi cermin bagi kita.

Kaca benggala, itulah istilah yang sering digunakan untuk untuk menggambarkan cermin kehidupan. Kehidupan yang kita jalani saat ini adalah hasil dari proses berkelanjutan bahkan sejak dari manusia pertama diciptakan oleh Allah SWT. Momen-momen bersejarah yang telah dilalui oleh manusia itupun telah dirangkum oleh Sang Khalik sendiri dalam kitab suci-Nya yang terakhir. Mengapa? Agar kita berkaca dari sejarah itu. Bahkan mengingat sejarah adalah salah satu perintah-Nya. 

Tuhan Yang Maha Bijaksana ingin kita menjadi pribadi yang lebih bijaksana. 

Tuhan Yang Maha Mulia berharap kita mendapatkan posisi yang mulia bersama-Nya

Tuhan Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang telah mempersiapkan bekal agar kita mempunyai sifat kasih sayang diantara sesama makhluk-Nya..

Bukankah Khoirunnaas man thoola umruhu wa hasuna amaluhu ?


Sebuah catatan akhir tahun Masehi by Kang Rohmad



Komentar

Postingan populer dari blog ini

WAJIBKAH BERMADZHAB

KEUTAMAAN MAJELIS DZIKIR

DZIKRULLAH BIL LISAN